Minggu, 19 Agustus 2012

Festival Pasar Bandeng Budaya Khas Gresik

Biasanya diadakan dua hari menjelang malam takbiran Idul Fitri. Untuk menyambut lebaran idul fitri, di pasar kota Gresik dijual ikan bandeng segar yang baru dientas (diambil) dari tambak.
Dari bandeng ukuran sedang hingga bandeng besar atau kawak. Khusus bandeng kawak di beri tempat khusus yaitu panggung lelang. Bandeng kawak satu ekor beratnya bisa mencapai 10 kg lebih. Dan karena di lelang maka harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Menurut Kepala Subdinas Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemkab Gresik, Nursukartiko, merupakan produk rekonstruksi kebudayaan masyarakat Gresik. Saat ini bukan hanya ikan bandeng yang diperjualbelikan, namun diikuti dengan jual beli barang kebutuhan lainnnya mulai baju, makanan, mainan anak-anak hingga asesoris. Sumber lain menyebutkan, Pasar Bandeng dikaitkan dengan sejarah perjalanan Sunan Giri pada malam terakhir bulan Ramadan. Saat itu, Sunan Giri melanjutkan perjalanan dari Kebomas ke sebuah mushalla di sekitar Pasar Gresik sekarang. Pengikut Sunan Giri yang berjumlah banyak itu kemudian membuat pasar dadakan yang konon banyak memperjualbelikan ikan Bandeng.
Selain itu, ada juga yang beranggapan bahwa tradisi Pasar Bandeng memang bermula dari kebiasaan masyarakat Gresik, yang memiliki kepercayaan bahwa bandeng melambangkan prestise seseorang di dalam struktur masyarakat. Karena itu, banyak masyarakat Gresik yang gemar mengkonsumsi bandeng, terutama menjelang hari raya. semakin besar bandeng yang dikonsumsi, semakin tinggi pula prestisenya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi karena jumlah bandeng yang berukuran besar semakin berkurang karena pengaruh cuaca, kondisi air yang terkena polusi, maka lelang adalah pilihan yang tepat bagi masyarakat yang ingin mengkonsumsi bandeng yang besar.

Ada juga yang meyakini bahwa Pasar Bandeng sudah dilakukan sejak awal kota Gresik terbentuk. Dan ada juga yang menyatakan bahwa, pesta ini adalah budaya yang dikenalkan Penjajah Belanda untuk menenangkan masyarakat pribumi Gresik dari keinginan untuk memberontak.
Hingga saat ini menurut Nursukartiko, tidak ada kejelasan awal mulai digelarnya Pasar Bandeng. Yang jelas, pasar bandeng sendiri dalam perkembangannya sudah menjadi sebuahtradisi yang dalam pelaksanaannya tidak hanya dikunjungi oleh warga Gresik tetapi juga oleh masyarakat luar Gresik seperti Madura, Lamongan, Surabaya Dan Sidoarjo bahkan turis mancanegara.
Ia berharap, tradisi itu dapat dikomparasikan dengan penampilan seni tradisional khas Gresik seperti Pencak Macan dan Terbang Kedung, serta makanan-makanan khas seperti pudak. “Jadi selain kegiatan ekonomi, juga ada upaya untuk melestarikan budaya lokal,” imbuhnya.
Dari sudut pandang pengembangan pariwisata, “Pasar Bandeng layak dikatakan ikon wisata karena mempunyai nilai spesifik produk khas daerah Gresik,” kata Kepala Subdinas Pemasaran Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Informasi Komunikasi, Soetrisno.
Selama ini kegiatan Pasar Bandeng masih dipromosikan sebatas pasar regional saja, melalui media dan duta wisata. Ia berjanji akan lebih intensif mempromosikan Pasar Bandeng ke pasar dunia.Di Jatim, Gresik termasuk wilayah yang tanahnya kurang subur untuk bercocok tanam, karena sebagian besar terletak di dataran rendah. Karena itu, Gresik tidak terlalu mengandalkan sektor pertanian sebagai unggulannya. Namun keadaan tanah itu sangat menguntungkan bagi usaha pertanian tambak.
Hampir sepertiga bagian dari wilayah Gresik merupakan daerah pesisir pantai yang memanjang di Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Ujungpangkah, Sidayu, Panceng. Serta Kecamatan Tambak dan Sangkapura yang berada di Pulau Bawean. Dari total luas wilayah Gresik, 1,1 ribu Km2, 192 km2 adalah tambak dan kolam.

Sejarah Pasar Bandeng
Budayawan Kabupaten Gresik, Mardilohong, menjelaskan pasar bandeng awalnya hadir dari kebutuhan para peziarah setelah melakukan iktikaf di makam para wali di Gresik.
"Setelah melakukan iktikaf, peziarah yang akan pulang kampung ingin membawa oleh-oleh, kemudian dicarilah makanan khas Gresik dan ditemukan bandeng. Dari situlah mulai dikenal dengan pasar bandeng karena banyak warga yang mencari bandeng," paparnya.
Pria lulusan Universitas Jember (Unej) itu tidak bisa menjelaskan secara rinci mulai abad berapa hadirnya pasar bandeng yang kini secara rutin digelar di Gresik itu.
Namun, berdasarkan sejumlah catatan sejarah, hadirnya pasar bandeng bermula dari cerita tentang Sunan Giri kala masih hidup dan memiliki ratusan santri di pondok pesantrennya di kawasan bukit Giri Kedaton, yang sekarang dikenal dengan Desa Giri, Kecamatan Kebomas.
Para santri itu memiliki kebiasaan mudik setiap menjelang lebaran, dan sebelum kembali ke kampung halamannya untuk berlebaran, umumnya para santri turun bukit menuju Kota Gresik, guna sekadar mencari oleh-oleh sesuatu yang menjadi khas Gresik. "Karena makanan yang menjadi khas waktu itu adalah bandeng, akhirnya bandeng selalu dibawa pulang sebagai oleh-oleh," kata Mardilohong.

 
Published By SENI BUDAYA